Terungkapnya Hubungan Kekerabatan Orang Makassar dan Suku Aborigin Australia

Jenis perahu yang digunakan pelaut Makassar datang pertama kali di Australia utara.

Penelitian panjang Dr. Steven Farram, seorang ahli sejarah Australia dan ASEAN dari Charles Darwin University (CDU) mengungkap hubungan peradaban Makassar dan suku Aborigin Australia. Hasil penelitian Farram menjelaskan sejarah pelaut Makassar yang datang ke Arnhem, Australia Utara jauh lebih dahulu dibanding orang Eropa. Para pelaut Makassar menyebut daratan suku Aborigin ini dengan istilah Marege. Tujuan kedatangannya pun beda, pelaut Makassar datang untuk berdagang, sedang pelaut Eropa datang untuk menetap dan mengasingkan penduduk asli.

Hubungan pelaut Makassar dengan orang Marege (Aborigin) yang sudah berlangsung ratusan tahun, meninggalkan jejak interaksinya yakni salah satunya, dari segi bahasa. Ada 500-an serapan bahasa Makassar yang mudah dilacak saat ini dalam kosa kata bahasa Marege.

Komunitas suku Aborigin di Arnhem menyebut orang Makassar dengan sebutan Macassan. Pelaut Makassar pertama kali datang di pantai utara Northern Territory (NT) dengan perahu untuk mencari teripang.

Dr. Farram menjelaskan bahwa orang-orang Makassar menjelajah ke pantai utara Australia, di antaranya di Pulau Tiwi dan Arnhem Land. Arnhem Land kini menjadi salah satu dari 5 wilayah Northern Territory, 500 km dari ibukota NT, Darwin.

Selain di dua wilayah itu, orang Makassar juga berkelana hingga Cobourg Peninsula hingga di sepanjang pantai utara NT bahkan menjelajahi laut perbatasan NT dan Queensland.

Ditambahkan Dr. Farram, selain berdagang dengan cara barter, orang Makassar membangun hubungan harmonis dengan orang Aborigin dengan mengenalkan berbagai peralatan, ilmu membuat perahu dan bahasa. Tidak terhitung budaya yang ditinggalkan orang Makassar kepada Aborigin. Hal itu terlihat dari jejak lukisan batu orang Aborigin.

Literatur yang mengurai sejarah hubungan budaya orang Makassar dan Aborigin.

Menurut Paul Scott Clark, seorang kurator Museum dan Galeri Seni Northern Territory mengatakan, pengaruh Makassar tampak dalam motif segitiga yang sering digunakan untuk rajah tubuh (tatto) orang Aborigin. Motif segitiga itu, merupakan motif kain orang Makasar yang digunakan untuk gambar sarung mereka.

Saudagar Makassar yang datang adalah kaum muslim pertama yang datang ke benua Australia. Namun pengaruh Islam tidak mengganggu keyakinan orang Aborigin.

"Pengaruh Islam sangat minor, dari konteks ini. Macassan datang sebagai pedagang mengumpulkan materi, dan mereka tak mencoba untuk mengubah keyakinan atau agama warga lokal," jelas Dr. Farram.

Atas hubungan saling respek dan saling menguntungkan antara Aborigin dan orang Makassar, maka Aborigin 'mengawetkan' kenangan itu melalui ingatan komunal yang diturunkan dari generasi ke generasi. Caranya, bukan melalui budaya tulisan melainkan lisan alias oral. Budaya lisan Aborigin sangat kuat. Sehingga mereka mewariskannya melalui cerita yang dituturkan dari orangtua ke anak, melalui lukisan di batu-batu, menyerap bahasanya, melalui tari-tarian dan nyanyi-nyanyian, serta menjadi inspirasi dalam ritual upacara.

"Ingatan akan orang Macassan bisa ditemukan di lagu, dan dalam tarian. Banyak ritual yang berhubungan dengan kedatangan orang Macassan," papar Dr. Farram.

Meski orang Makassar sudah berhenti mengunjungi orang Aborigin sekitar tahun 1907, generasi muda Aborigin masa kini masih mengetahui dengan baik kisah kedatangan orang Makassar itu.

Baca selengkapnya :
http://m.radioaustralia.net.au/indonesian/2015-11-12/dari-kata-balanda-hingga-rupiah-warisan-makassar-di-australia/1513390

Post a Comment

0 Comments